MEMBEDAKAN ANTARA
FAKTA DAN OPINI
Fakta adalah sesuatu yang
benar-benar ada atau terjadi atau kalimat yang dapat diuji kebenarannya .
Sedangkan pendapat atau opini adalah buah pemikiran atau perkiraan tentang
suatu hal atau pernyataan/kalimat yang belum tentu kebenarannya. Suatu
permasalahan dapat memunculkan pendapat yang bermacam-macam.
Agar
lebih jelas, lihatlah tabel berikut!
No
|
Pembeda
|
Fakta
|
Opini
|
1
|
Pengertian
|
Kenyataan atau bukti mengenai sesuatu
|
Gagasan atau
pendapat
|
2
|
Bentuk
|
Fakta bisa menunjukkan data,jangka, peristiwa, gambar
|
Berupa saran, kritik, harapan, dan nasihat.
|
3
|
Sifat
|
Menunjukkan
|
Mengharapkan
|
Contoh fakta :
1. Pada era otonomi daerah pembangunan diserahkan
kepada pemerintahan daerah masing-masing.
Contoh Opini :
1. Dengan otonomi daerah rakyat
tambah makmur.
Latihan.
- Manggis yang menjadi andalan ekspor Indonesia dan Thailand sekarang dikembangkan di Australia. Bahkan sudah dua belas tahun terakhir ini mereka serius berkebun manggis. Bibit manggis asl biji tersebut antara lain dipungut dari Bali dan Lombok. Di Indonesia nasib manggis agaknya kurang seberuntung rekannya yang dikembangkan di Australia. Kini pekebun Australia telah menuai hasilnya.
Berdasarkan pargraf di atas pertanyaan-pertanyaan
berikut yang jawabannya dapat berupa opini adalah....
a.
Negara mana yang menjadikan manggis sebagai andalan
ekspor?
b. berapa lama manggis sudah dikembangkan secara serius
di Australia?
c.
Apakah buah manggis sudah dikembangkan di Australia?
d. Bagaimana nasib buah manggis di Indonesia?
e.
dari mana bibit asal biji diperoleh?
2. Salah seorang yang gigih
menanam manggis adalah Pedro dan Margaret O'Connor dari Kuradui Estates. Di
lahan seluas 404 ha mereka mananam tidak kurang dari 1.000 pohon yang sudah
produktif pada umur 9-12 tahun. Pada saat
kunjungan, manggis penuh dengan buah muda. Rasanya tidak percaya ada
pemandangan seperti itu di Australia.
Pertanyaan-pertanyaan berikut yang tidak tepat untuk
paragraf di atas adalah....
a. Berapa luas lahan yang ditanami manggis oleh Pedro dan
Margaret?
b. Dari manakah asal Pedro dan Magaret O'Connor?
c.
pada umur berapakah tanaman manggis yang ditanam Pedro
dan Margaret sudah produktif?
d.
Berapakah tanaman manggis yang ditanam oleh Pedro dan
Margaret?
e.
kapan Pedro dan Margaret mengadakan kunjungan?
3. Pada paragraf soal no. 2,
yang menunjukkan fakta terdapat pada kalimat nomor.....
a. kesatu dan kedua
b. kesatu dan ketiga
c. kesatu dan keempat
d. kedua dan ketiga
e. kedua dan keempat
4. Sementara itu, produksi
manggis lokal yang dapat dipasarkan pada tahun 1995 baru mencapai 100 ton. Ini
berarti potensi pasar manggis masih sangat besar.
Dari paragraf singkat tersebut
buatlah pertanyaan berdasarkan fakta dan opini!
Kata serapan
Penyerapan kata asing dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.
Adopsi
Adopsi
adalah memungut secara utuh tanpa ada perubahan atau penyesuaian.
Contoh
: adopsi dari bahasa Cina,→ bakso, bakmi, cawan, kecap.
Dalam
bahasa inggris → start, stop, sport, planning.
2.
Adaptasi
Adapatasi
adalah memungut dengan menyesuaikan lafal/kaidah dalam bahasa indonesia.
Contoh
: adaptasi dari bahasa Belanda : voschot → persekot, voor-lopor → pelopor.
3.
Pungutan terjemahan

Contoh : sahih → valid, rakitan → assembling.

PERUBAHAN
MAKNA
JENIS PERUBAHAN MAKNA
1.
Perubahan makna meluas
Perubahan makna meluas adalah gejala
yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna,
tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna lain.
Contoh :
o Kata
baju
yang semula hanya bermakna “pakaian sebelah atas dari pinggang samapi ke
bahu” sekarang maknanya meluas termasuk celana, topi, dasi dan sepatu seperti
pada frase baju seragam.
o Kata
saudara dulu maknanya orang yang masih memiliki ikatan
darah (orang yang sekandung) sekarang maknanya untuk sapaan orang yang seusia/sebaya.
2.
Perubahan makna menyempit
Perubahan makna menyempit adalah
gejala yang terjadi pada sebuah kata yang dahulu mencakup makna yang lebih luas
(lebih dari satu makna), kemudian menjadi terbatas hanya pada sebuah makna
saja.
Contoh :
- Kata bau pada mulanya mengandung makna yang lebih luas untuk menyebut segala macam gas yang diserap oleh indra pencium. Sekarang kata bau selalu diartikan busuk. Bajunya bau.
- Kata sarjana dahulu mengandung makna meluas yakni orang yang pintar. Sekarang sarjana diartikan orang yang sudah lulus wisuda di universitas (perguruan tinggi)
3.
Peyoratif
Peyoratif atau peyorasi adalah gejala
perubahan pandangan terhadap makna kata yang dahulu dirasakan biasa atau bahkan
dianggap baik, sekarang dirasakan kasar, kurang baik atau tidak enak.
Contoh :
- Kata kaki tangan yang semula bermakna anggota badan yang utama, kemudian memperolah makna pem,bantu dalam arti biasa, sekarang kebanyakan dipakai dalam arti yang kurang baik, seperti pada frase kaki tangan musuh, kaki tangan pencoleng.
- Kata abang yang semula dipakai untuk sebutan kakak laki-laki, sekarang sering dipakai untuk menybut orang laki-laki yang berstatus rendah, seperti abang becak, abang bakso, bang sopir.
4.
Ameliorasi atau melioratif
Ameliorasi adalah pandangan terhadap
makna kata yang dahulu dirasakan biasa, sekarang dianggap lebih tinggiatau
lebih baik.
Contoh :
o
Kata putra sekarang dirasakan lebih tinggi nilainya dari
kata anak atau anak laki-laki.
o
Kata istri atau nyonya
dirasakan lebih tinggi nilainya dari
pada bini.
5.
Asosiasi
Asosiasi adalah perubahan
makna sebagai akibat adanya persamaan sifat. Makna asli
sering masih terdapat pada lingkungan semula pada benda atau keadaan tempat
makna itu lahir. Antara makna baru dengan makna lama ada pertalian erat.
Cotoh :
- Kata kunci berasal dari lingkungan alat-alat rumah. Dalam pengajaran, kunci berarti jawaban soal-soal yang telah disediakan oleh pembuat soal.
- Kata mencatut dari bidang perbengkelan yang berarti bekerja dengan menggunakan catut/tang, kemudian dipakai dalam bidang jual beli dengan arti “memperoleh keuntungan banyak dengan mudah” seperti frase mencatut tiket (orang yang menjual tiket/karcis di luar tempat yang ditentukan). Mencatut nama (menjual nama orang dengan tujuan mencari keuntungan).
6.
Sinestesia
Sinestesia adalah perubahan makna akibat
pertukaran pandangan antara dua indra yang berbeda. Biasanya pertuklarang
tanggapan ini terjadi antara indra pendengaran dan indra perasaan / pengecap
atau indra pendengaran dan indra penglihatan.
Contoh :
o
Wajahnya manis sekali
Kata manis sebenarnya tanggapan indra perasa lidah
o
Dengan nada keras, ia mengancam saya.
Kata keras sebenarnya adalah tanggapan indra
perasa tubuh
MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN
Dasar pengajuan surat lamaran
pekerjaan:
- Berdasarkan inisiatif sendiri atau informasi dari orang lain, teman dan kenalan.
- Berdasarkan iklan, baik media cetak seperti surat kabar maupun media elektronik seperti televise atau radio.
Prinsip-prinsip
penulisan bagian-bagian surat lamaran pekerjaan.
1. Penulisan tanggal surat dalam surat
lamaran pekerjaan.
Diketik
sebelah kanan atas, kiri atas atau kanan bawah. Nama tempat dituliskan. Nama
bulan dan tahun ditulis lengkap tanpa diakhiri dengan tanda titik. Misalnya, Lebong
Selatan, 2 November 2008 bukan Lebong Selatan-November-2008
2.
Penulisan lampiran dan perihal surat
Penulisan
lampiran dan perihal surat
diketik segarir dengan tanggal, bulan dan tahun. Lampiran dan nomor surat haruslah dibuat
sebagai berikut.
a.
Taat asas (disngkat semua atau ditulis utuh semua)
1. Nomor : 2.
No. :
Lampiran : Lamp. :
Perihal : Hal. :
b.
Penulisan
lampiran surat haruslah tepat. Misalnya Lampiran : Empat helai dan bukan
Lampiran
: 4 (empat ) helai
Perihal surat menunjukkan isi atau
inti surat secara singkat. Adapun penulisannya berwujud frasa dan dimulai
dengan huruf besar, tidak ada titik di belakangnya dan tidak digarisbawahi,
serta isinya harus lebih khusus.
3.
Penulisan alamat surat
Alamat
surat ditulis dengan aturan; (a) berisi nama orang atau jabatan, nama jalan dan
nomor rumah, serta nama kota, (b) di depan nama orang ditulis Yang terhormat (Yth.), (c) kata sapaan
Saudara, Bapak, Ibu digunakan di depan nama orang, dan tidak perlu jika diikuti
nama jabatan (Rektor, Kepala Sekolah, Camat, Bupati, dsb.), (d) nama jalan
tidak disingkat, (e) surat ditujukan kepada pejabatnya, dan bukan nama
kantornya, (f) nama kota tidak didahului kata depan di, dan (g) kata kepada
tidak perlu dituliskan sebab sudah jelas kepada siapa surat itu ditujukan.
4.
Penggunaan salam pembuka dan pembukaan isi surat lamaran pekerjaan
Salam pembuka resmi adalah Dengan hormat, dan diakhiri dengan tanda
koma. Pembukaan surat lamaran pekerjaan bisa berkaita dengan sumber lowongan
yang ada di pengumuman, iklan dan sebagainya.pelamar perlu meyebutkan sumber
lamaran.
Contoh:
Dalam harian umum Kompas, Minggu 8
Oktober 2008, saya membaca iklan lowongan pekerjaan sebagai editor di
perusahaan PT Bumi Aksara
5.
Penulisan alinea isi surat lamaran pekerjaan
Alinea
isi surat lamaran pekerjaan ditulis dengan prinsip; (a) berisi pernyataan
pelamar untuk mengajukan lamaran dalam pekerjaan tertentu, yang sesuai lowongan
karena memenuhi persyaratan yang diminta, (b) menuliskan kualifikasi diri
pelamar (nama, tempat dan tanggal lahir, alamat, kepribadian, pendidikan,
pengalaman), (c) mencantumkan syarat administratif yang diminta, dan beberapa
jenis lampiran sebagai bahan pertimbangan, (d) kata ganti yang digunakan adalah
saya, bukan kami, dan (e) kata sapaan untuk pejabat atau pemimpin lembaga atau
perusahaan adalah Bapak atau Ibu bukan Saudara atau Kamu.
6.
Penulisan alinea penutup surat lamaran pekerjaan
Ditulis
dengan aturan; (a) berisi ucapan terima kasih dan harapan untuk
dipertimbangkan, (b) di belakang kata sapaan dibubuhkan tanda koma, dan (c) ada
variasi ungkapan.
Contoh surat
lamaran pekerjaan berdasarkan iklan.

Contoh surat
lamaran pekerjaan berdasarkan inisiatif sendiri
![]() |
![]() |

Jenis-jenis makna kata
1.
Homonim
Homonim adalah kata-kata yang lafal dan ejaannya
sama tetapi maknanya berbeda.
Contoh :
1.
Orang
yang kikir itu tidak mau membeli kikir. (kikir = pelit; kikir = alat dari
besi baja untuk menajamkan sesuatu)
2.
Dari roman mukanya dan buku yang disimaknya kelihatan
bahwa ia sedang membaca roman Layar Terkembang (roman = wajah; roman = jenis
cerita fiksi)
3.
Ketika
ia memperbaiki ketam, ada ketam merayap di depannya. (ketam = ani-ani; ketam =
kepiting)
2.
Homofon
Homofon adalah kata-kata yang lafalnya sama tetapi
ejaan dan maknanya berbeda.
Contoh:
1a.
Pada
masa revolusi, massa rela berkorban demi nusa dan bangsa ( masa = waktu, saat;
massa = sekumpulan orang banyak )
2a.
Sambil
membaca babad Tanah Jawa, Puspa makan
soto babat. ( babad = sejarah; babat =
daging kerbau atau lemu )
3a.
Ia
masih sangsi terhadap kebenaran berita itu. (sangsi = ragu-ragu )
3b. Sanksi yang diberikan terhadap perampok itu
terlalu ringan (sanksi = tindakan atau hukuman )
3.
Homograf
Homograf adalah kata-kata yang ejaannya sama tetapi lafal dan maknanya berbeda.
Contoh:
1a. Semi tanaman itu sudah tumbuh dengan subur. (semi yang
dilafalkan dengan e lemah berarti tunas )
1b. Gedung itu masih bersifat semi permanen
(semi yang dilafalkan dengan e keras = setengah)
2a. Pertandingan antara dua kesebelasan itu berhasil seri (seri yang
dilafalkan dengan e lemah = tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah )
2b. Lina membaca cerita Putri Laut seri ke tiga (seri yang dilafalkan
dengan e keras = rangkaian yang berturut-turut)
3a. Benda ini mental ketika mobil yang membawanya melaju kencang (mental yang dilafalkan dengan e lemah =
terpelanting )
3b. Dalam masa pembangunan faktor mental sangat menentukan (mental tyang
dilafalkan dengan e keras = batin / jiwa dan watak manusia)
4.
Polisemi
Polisemi adalah satru kata yang mempunyai makna ganda atau lebih dari satu,
namun kemungkinan makna ganda tersebut masih dapat dirasakana hubungannya
dengan makna dasar.
Contoh:
1.Ia jatuh dari pohon (jatuh = bergerak
dengan cepat dari atas ke bawah )
2.Setelah tiba di perkemahan, ia jatuh sakit
( jatuh = menjadi )
3.Kota itu jatuh ke tangan musuh (jatuh =
kalah atau dirampas musuh)
4.Dia telah jatuh dalam ujian nasional
(jatuh = gagal)
5. Sinonim
Sinonim adalah kata-kata yang maknanya sama tetapi bentuk katanya berbeda
Contoh: pintar-pandai, berita-
kabar,menunggu-menanti, dsb.
6. Antonim
Kata-kata yang berlawanan maknanya dan bentuk
katanya berbeda.
Contoh: siang-malam, tinggi-rendah, awal-akhir,
dsb.
7. Makna Denotasi
Makna denotasi adalah makna yang tidak mengalami perubahan makma apapun dari
makna asalnya atau sesuai dengan makna di dalam kamus atau makna sebenarnya.
Contoh tangan panjang = tangannya berukuran panjang
Kepala besar = ukuran kepalanya besar
8. Konotasi
Konotasi adalah makna yang telah mengalami
penambahan dari makna asalnya/ makna kiasan.
Contoh :
Panjang tangan =
suka mencuri
Besar kepala
= sombong / angkuh
9. Hipernim ( kata umum ) dan Hiponim (kata
khusus)
Hipernim adalah kata yang ruang lingkupnya meliputi
bagian-bagian dari kata lainnya.
Hiponim adalah kata yang cakupannya lebih sempit
dan merupakan bagian atau anggota dari kata lainnya.
Contoh :
Hipernim Tumbuhan→ hiponimnya rumput, mahoni,
kelapa, padi, jamur, dsb.
Hipernim bunga →hiponimnya dahlia, melati, tulip,
matahari, seroja, dsb.

![]() |
Majas adalah bahasa kias yang dapat menghidupkan
atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Macam-macam
majas :

1. Pleonasme adalah majas penegasan dengan
menggunakan kata yang samamaksud dengan kata mendahuluinya atau majas yang
menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan.
Contoh
:
o
saya
telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
o
Turun
segera ke bawah (turun sudah berarti ke bawah)
2. Repetisi adalah penegasan dengan jalan
mengulang kata atau kelompik kata yang
sama untuk maksud menarik perhatian atau lebih menegaskan.Biasa dipakai dalam
pidato atau karangan prosa.
Contoh:
o
Adakah
suaraku kau dengar. Adakah petunjukku kau ikuti. Adakah nasihatku kau pegang
teguh?
o
Hanya
dengan belajar, sekali lagi belajar cita-citamu dapat berhasil
3. Tautologi adalah majas penegasan dengan
jalan mengul;ang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat.
Contoh:
o
Jangan,
jangan sekali-kali kau ulangi lagi!
o
Tidak,
tidak mungkin ia melakukan perbuatan
sekeji itu!
4.
Pararelisme
adalah gaya bahasa pengulangan dalam puisi.
Pararelisme
dibagi dua macam :
a.
Anapora,
pengulangan awal baris puisi.
Contoh:
Ada padang, ada belalang
Ada
usaha pasti menang
b.
Epipora,
pengulangan kata pada akhir baris puisi.
Contoh: Yang datang, datang juga
Yang pulang, pulang juga
Orang ramai
mengalir juga
Pekik sorak bersahut juga
5.
Klimaks
yaitu majas penegasan yang melukiskan keadaan yang makin naik atau tinggi.
Contoh:
o
suaranya
perlahan, lantang, mengguntur, mengeledek, membangkitkan semangat
o
Hujan
rinai-rinai, rintik-rintik, gerimis, makin deras dan akhirnya bagai dicurahkan
dari langit.
6.
Antiklimaks
yaitu majas penegasan yang melukiskan keadaan yang semakin turun.
Contoh:
o
bukan
seribu, bukan seratus, bukan sepuluh, tetapi hanya satui yuang aku minta
o
Presiden,
para menteri, pembesar-pembesar dan rakyat jelata semusnya hadir dalam upacara
itu.
7. Retorik adalah majas penegasan berupa
pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena telah sama-sama dimaklumi
jawabannya. Biasanya dipakai dalam pidato, untuk menandaskan maksud atau untuk
mengejek.
Contoh :
o
Sudahkah
tercapai masyarakat yang adil dan makmur?
o
Tidakkah
semuanya ingin bahagia?
8. Inversi adalah majas berupa susunan
kalimat yang predikatnya mendahului subjek, dengan tujuan untuk menghidupkan
pernyataan.
Contoh :
o
Datanglah
ia perlahan-lahan.
o
Menangislah
kekasihnya tersedu-sedu.
9. Elipsis adalah majas penegasan yang
menyebutkan salah satu bagian kalimat saja, mungkin subjek saja, predikat saja
atau objek saja, karena sudah dalam suasana yang sama-sama dimaklumi.
Contoh :
o
Saya?
(mungkin maksudnya: sayakah yang Anda panggil?)
o
Pergi!
(mungkin maksudnya: pergilah engkau sekarang!)
10. Koreksio adalah majas penegasan yang
menggunakan kata lain yang lebih tepat sebagai koreksi terhadap kata yang
dipakai terdahulu atau majas yang menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya.
Contoh :
o
Bajunya
kemerah-merahan, bukan merah muda yang dipakainya kemarin.
o
Sudah
empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.
11. Interupsi adalah majas penegasan yang
menysipkan kata atau kelompok kata pada kalimat.
Contoh :
o
Ia –
juga teman-temannya- telah pergi.
o
Aku –
kalau tidak karena terpaksa – tidak mau melakukan itu.
12. Asindeton adalah majas penegasan yang
menyebutkan sesuatu berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung, agar
pembaca mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal yang disebutkan itu.
Contoh :
o
Bus, truk, sedan, jip, becak, sepeda motor
Semuanya diatahn dan penumpangnya diperiksa satu
persatu
o
Piring, gelas, sendok, garpu, buku, pena
Semua dijual di toko itu.
13. Polisendeton adalah majas penegasan yang
melukiskan rangkaian kejadian dengan menggunakan kata penghubung, lebih-lebih
dalam sastra lama.
Contoh :
o
Maka
apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang empunya kampung itu
melhita akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu, maka si miskin itu pun larilah
ia lalu ke pasar.
14. Preterito adalah majas penegasan yang
menyembunyikan maksud yang sebenarnya supaya pendengar berpikir dan turu
menyelididki.
Contoh :
o
Tak
perlu saya sebutkan siapa orangnya kamu sudah tahu sendiri
o
Hal
ini tak usah saya ceritakan lagi, umum sudah tahu.
15. Enumersi adalah majas penegasan yang
menguraikan secara satu persatu dengan kalimat yang singkat agar bagian-bagian
itu jelas dalam keseluruhan.
Contoh :
o
Manusia
hidup dari zaman ke zaman
Yang
satu bertaut dengan yang lain
Rukun dan damai selalu dijaga
Silang sengketa dijauhkan
Saling jaga bina martabat bersama
Agar semua hidup bahagia
16. Eksklamasi adalah majas penegasan yang
memakai kata-kata seru untuk mempertegas seruan.
Contoh :
o
Aduh,
aduhai indahnya pemandangan di puncak Bromo waktu fajar menyingsing.
o
Ya
Allah, Ya Tuhan lindungilah kami dari bencana alam ini!

1. Metafora (meta + phoreo berarti perumpamaan, bertukar nama atau perbandingan
langsung) adalah Majas yang menggunakan perbandingan singkat dan padat yang
dinyatakan secara implisit atau memperbandingkan sesuatu secara langsung
terhadap penggantinya.
Contoh :
o
Sang
ratu malam telah muncul di ufuk timur (ratu malam = bulan)
o
Jantung
hatinya hilang tanpa berita (jantung hati = kekasih)
2. Personifikasi adalah majas yang
menggambarkan melukiskan benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat insani
(seperti manusia).
Contoh :
o
Buih
laut menjilati pantai. (menjilati adalah perbuatan manusia)’.
o
Tanah
air Indonesia memanggil pemuda dan pemudi.
o
Kapal
layar telah hilang ditelan ombak.
3. Litotes adalah majas yang dipakai untuk
menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri dengan menyebutkan keadaan
yang berlawanan.
Contoh :
o
Mampirlah
ke pondok kami ini! (padahal rumahnya gedung)
o
Makanlah
seadanya! (padahal yang dihidangkan makanan yang lezat-lezat).
4. Metonimia adalah majas yang memakai nama
ciri atau nama hal yang diatutkan/dikaitkan dengan orang, barang atau hal
sebagai penggantinya.
Contoh :
o
Minggu
depan ia bertukar cincin. (tukar cincin = bertunangan)
o
Sambil
merenungi nasib kekasihnya, diisapnya jarum dalam-dalam. (jarum = rokok jarum)
5. Eufimisme adalah majas pelembut yaitu
majas yang memakai kata-kata halus sebagai ganti kata-kata yang dianggap kasar,
kurang sopan atau tabu.
Contoh :
o
Saya
akan ke belakang sebentar. (ke belakang = ke WC)
o
Pohon
itu ada penghuninya. (penghuninya = roh halus yang tinggal di pohon itu/hantu)
6.
Hiperbola
adalah majas yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu.
Contoh :
o
Kemarahanku
sudah menjadi-jadi hingga hampi-hampir meledakkan aku.
o
Sorak
sorai penonton membelah angkasa.
7. Alusio adalah majas yang memakai karmina
atau pantun kilat yang tidak diselesaikan, untuk menyampaikan suatu maksud yang
tersembunyi.
Contoh :
o
Sudah
gaharu cendana pula. (sudah tahu tapi masih bertanya juga)
o
Pinggan
tak retak nasi tak dingin. (tuan tak hendak, kami pun tak ingin)
8. Asosiasi adalah majas perbandingan yang
menimbulkan asosiasi/persamaan terhadap keadaan yang sebenarnya.
Contoh :
o
Mukanya
bagai bulan penuh. (mukanya bundar atau bulat)
9.
Tropen
adalah majas kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang
dilakukan seseorang.
Contoh
:
o
Pikirannya
melambung tinggi. (memikirka yang hebat-hebat)
o
Berhari-hari
ia terbenam dengan buku. (ia tekun belajar).
10. Pers pro toto adalah majas yang menyebut
sebagian tapi yang dimaksudkan seluruh bagian.
Contoh
:
o
Bapak
gubernur membangun Gelanggang Remaja. (yang membangun adalah para pekerjanya)
o Rudy
Hartono memenangkan Thomas Cup. ( tidak hanya Rudi Hartono saja yang
memenangkannya, melainkan semua regu Thomas Cup Indonesia).
11. Totem
pro parte adalah majas yang menyebutkan seluruh bagian tetapi yang dimaksudkan
hanya sebagian saja.
Contoh :
o
Indonesia
adalah negara pertanian, (tidak semua rakyat Indonesia bertani, hanya sebagian
besarnya saja)
o
Sekolah
kami memenangkan pertandingan bola voli. ( yang menang sesungguhnya hanya regu
yang main saja)
12. Antonomasia adalah majas untuk manytakan
gelaran atau julukan terhadap seseorang.
Contoh
:
o
Si
kancil membual. (Disebut kancil karena badannya kecil)
13. Alegori adalah majas yang terdapat di
dalam cerita yang diceritakan dengan lambang-lambang. Alegori sering mengandung
sifat-sifat moral atau spiritual. Alegori biasanya merupakan cerita-cerita yang
panjang dengan tujuan yang terselubung. Alegori dapat berbentuk puisi dan prosa. Contohnya. Kancil dan Buaya.
14. Simile (perumpamaan) adalah majas yang
berupa perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berbeda tetapi sengaja
dianggap sama. Biasanya
dinyatakan dengan kata: seperti, bagai,
sebagai , seumpama, laksana, bak, ibarat, dsb.
Contoh
:
o
bedanya
seperti langit dan bumi
o
semangatnya
keras bagaikan baja

1.
Ironi
adalah majas sindiran halus.
Contoh
:
o
Banyak
benar uangmu. (padahal tidak banyak)
o
Bagus
benar tulisanmu! (padahal tulisannya tidak bisa dibaca)
2.
Sinis
adalah majas sindiran tajam
Contoh
:
o
Sakit
telingaku mendengarkan suaramu. (suaranya tidak mengenakkan)
o
Sepanjang
hari makan saja kerjamu. (menyindir orang yang sering makan)
3.
Sarkasme
adalah majas yang berisi cemoohan yang kasar, bahkan kadang-kadang merupakan
kutukan.
Contoh
:
o
Cis!
Jijik saya melihat kamu!
o
Mampuslah
kau, tidak mau mendengar nasihat orang!

- Kontradiksi adalah majas pertentangan dengan jalan menggunakan sebuah kata bertentangan dengan arti kata yang dipakai terdahulu.
Contoh :
o
Semua
buku telah disampul, hanya buku sejarah yang belum.
o
Saudar-saudaranya
telah hadir semua, kecuali adiknya.
- Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seoalah-olah berlawanan atau majas yang berupa pertentangan dua objek yang berbeda.
Contoh
:
o
Di
kota yang ramai ini, ia merasa kesepian.
o
Musuh
sering merupakan kawan yang akrab.
- Antitesis adalah majas yang memakai kata-kata berlawanan arti, untuk lebih menghidupkan pernyataan.
Contoh
:
o
Tua-muda,
besar-kecil, laki-laki-permpuan, berduyun-duyun pergi ke tanah lapang.
o
Hujan-pans,
siang-malam, pagi-sore tak henti-hentinyaia mencari barang hilang itu.

![]() |
Cara menarik kesimpulan ada dua macam:

Induksi adalah penalaran yang dimulai dengan menyebutkan
peristiwa-peristiwa khusus, kemudian menarik kesimpulan secara umum yang mencakup
semua peristiwa tadi.
Contoh :
Setelah dioberikan penilaian dari seluruh karangan anak-anak kelas XII,
ternyata karangan Tomy, Iwan, Hera dan Susi mendapat nilai 8. Anak-anak yang
lain mendapat nilai 7. Hanya Manaf yang mendapatkan nilai 6, dan tidak
seorangpun yang mendapatkan nilai kurang. Boleh dikatan, anak-anak kelas XII
cukup pandai mengarang.
Penalaran induksi terbagi menjadi tiga macam:
- Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa
khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Contoh sama dengan induksi.
Setelah
diberikan penilaian dari seluruh karangan anak-anak kelas XII, ternyata
karangan Tomy, Iwan, Hera dan Susi mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain
mendapat nilai 7. Hanya Manaf yang mendapatkan nilai 6, dan tidak seorangpun
yang mendapatkan nilai kurang. Boleh dikatan, anak-anak kelas XII cukup pandai
mengarang.
- Analogi
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi
memiliki berbagai persmaan. Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut,
ditariklah suatu kesimpulan.
Contoh :
Seseorang
yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan
yang licin,yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar
dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu,
seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan
memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah dia sanggup melaluinya? Jadi,
menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mecapai puncaknya.
- Sebab-akibat atau Akibat-Sebab
Sebab-akibat yaitu penalaran yang dimulai dengan mengemukakan fakta
berupa sebab lalu disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh : sebab-akibat
Hujan
berturut-turut mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik. Jalan dan halaman rumah kami pun mulai
digenangi air. Akhirnya, banjir pun
melanda desa kami.
Akibat-sebab yaitu penalaran yang dimulai dengan mengemukakan fakta
berupa akibat lalu disusul dengan kesimpulan yang berupa sebab.
Contoh : akibat-sebab
Kemarin
Hasan tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi isterinya ke apotek
membeli obat. Sakitkah Hasan?

Deduksi
adalah penalaran yang dimulai dengan mengemukakan peristiwa yang bersifat umum,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Ada dua cara menarik kesimpulan dengan penalaran
deduksi :
- menarik kesimpulan dengan satu premis
contoh :
Premis umum : hari kamis, tanggal 1 Januari 2009,
merupakan hari libur nasional.
Kesimpulan :
o
pada
hari itu semua sekolah libur
o
pada
hari itu guru, murid, dan karyawan sekolah juga tidak masuk
o
pada
hari itu semua kantor tutup
o
pada
hari itu semua karyawan kantor tidak masuk dinas.
- Menarik kesimpulan dengan dua premis
Contoh :
- Premis (1a) : semua pengendara kendaraan bermotor harus mempunyai SIM.
Premis (1b)
: sopir adalah pengendara kendaraan bermotor
Kesimpulan
: jadi, sopir harus mempunyai SIM.
- Premis (2a) : Angkatan Bersenjata ketika dinas berpakaian seragam
Premis (2b)
: Angkatan Darat termasuk Angkatan Bersenjata
Kesimpulan
: Angkatan Darat ketika dinas pasti berpakaian seragam.
![]() |

Silogisme adalah bentuk penalaran dengan cara
menghubung-hubungkan dua pernyataan yang berlainan untuk dapat ditarik
kesimpulannya.
Rumus
Silogisme

Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa ciri
silogisme adalah bahwa salah satu premis merupakan anggota premis lainnya.
Contoh :
1.
PU : Setiap pemilik kendaraan
bermotor wajib membayar pajak
A B
PK : Pak lurah memiliki kendaraan
bernotor
C A
K : Pak lurah wajib membayar pajak
C B
2.
PU : Semua profesor pandai
PK :
Pak Habibi profesor
K :
pak Habibi pandai

![]() |
Entimem adalah silogisme yang diperpendek,biasanya
menggunakan kata sambung karena, sebab, dan kata ganti orang dia atau ia.
Rumus
:
![]() |
Contoh :
Silogisme
PU : Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang
terlambat.
PK : C = A : Nyoman pegawai yang baik
K :
C = B : Nyoman tidak pernah
datang terlambat.
Entimemn:
Nyoman
tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik.
Dalam
contoh di atas kita mulai dengan silogisme, kemudian memperpendeknya, dan
terjadilah entimem. Tetapi jika diberikan entimem, kita dapat mengembalikannya
menjadi silogisme.
Contoh
:
Entimem:
Istiana
harus belajar dengan keras karena ia (siswa yang) ingin diterima di perguruan
tinggi negeri.
C
= Istiana
B
= harus belajar dengan rajin
A
= (siswa yang) ingin diterima di perguruan tinggi negeri.
Silogisme
:
PU : Semua siswa yang ingin diterima di
perguruan tinggi negeri, harus belajar dengan keras.
PK : Istiana siswa yang ingin diterima di
perguruan tinggi negeri
K : Istiana harus belajar dengan keras

![]() |
Paragraf adalah rangkaian kalimat yang saling
berhubungan dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan. Secara umum, paragraf
dibentuk oleh dua unsur yakni gagasan utama/ide pokok dan beberapa gagasan
penjelas. Gagasan utama adalah hal pokok yang diungkapkan dalam suatu
paragraf.gagasan utama merupakan pernyataan yang menjadi inti keseluruhan isi
paragraf sedangkan gagasan penjelas
merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan suatu gagasan utama. Penjelasannya
itu bisa dalam bentuk uraian-uraian kecil, contoh-contoh atau ilustrasi,
kutipan-kutipan dan sebagainya.
Contoh :
Padahal, inti dari indie itu kan independen.
Mandiri, tidak sama dengan orang lain. Akan tetapi, kalau semua kompak tampil
beda, ya kesannya malah kita mengikuti tren juga. Tren indie, he...he...he...
Penjelasan:
Gagasan utama paragraf di atas adalah inti dari
indie itu kan independen.
Gagasan pendukung/penjelas:
-
Mandiri,
tidak sama dengan orang lain
-
Akan
tetapi, kalau semua kompak tampil beda, ya kesannya malah kita mengikuti tren
juga.
JENIS PARAGRAF
Berdasarkan
letak gagasan utamanya, paragraf terbagi atas beberapa jenis, yakni sebagai
berikut:
- Paragraf Deduktif
Paragraf
deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal kalimat.
Gagasan utama atu pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama.
Contoh:
Industrialisasi
di negara kita mendorong didirikannya berbagai macam pabrik yang memproduksi
beraneka barang.
Pabrik-pabrik itu memberikan lapangan kerja kepada ribuan tenaga kerja baik
yang berasal dari masyarakat di sekitar pabrik maupun di daerah-daerah lain.
Dengan demikian, adanya berbagai pabrik dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Di samping itu, beraneka barang yang diproduksi oleh pabrik-pabrik
tersebut telah meningkatkan ekspor nonmigas serta menghasilkan devisa bagi
negara.
- Paragraf Induktif
Paragraf
induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir
paragraf atau pada kalimat penutup paragraf itu.
Contoh:
Gerakan pencinta alam dengan dasar ”sadar
lingkungan sehat” telah mulai menggejala di lingkungan remaja. Tidak sedikit
perkumpulan pecinta lingkungan yang anggotanya terdiri atas siswa-siswi
sekolah, baik itu siswa SLTP maupun siswa SLTA.Keberanian untuk melakukan
penelitianilmiah telah makin meluas, khususnya di tingkat SLTA. Fenomena-fenomena
semacam itu merupakan bukti bahwa remaja pada tahun-rahun terakhir ini tidak
selalu bernilai negatif.
- Paragraf Campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang
kalimat utamanya terletak pada kalimat
pertama dan terakhir.Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama, kalimat
terakhir merupakan penegas dari pernyataan yang dikemukakan dalam kalimat
pertama.
Contoh:

4.
Paragraf
narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang isinya
menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang disusun berdasarkan urutan
waktu, ada pelaku, peristiwa, konflik dan penyelesaiannya.

5.
Paragraf
Deskripsi
Paragraf yang melukiskan/menggambarkan suatu hal,
baik itu benda, peristiwa, keadaan, atapun manusia, sehingga pembaca
seolah-olah menyaksikan atau merasakan hal yang diceritakan itu.

6.
Paragraf
Eksposisi
Paragraf Eksposisi adalah paragraf yang isinya
memaparkan/menerangkan/menjelaskan suatu objek dengan disertai dengan contoh,
grafik, serta berbagai fakta dan data lainnya untuk memperjelas masalah yang
dikemukakan sehingga pembaca dapat menerima dengan jelas.

7.
Paragraf
Argumentasi
Paragraf Argumentasi adalah paragraf yang
mengemukakan pendapat atau alasan yang disertai atau diperkuat dengan
fakta-fakta, contoh, atau bukti-bukti sehingga pendapat itu diterima.

8. Paragraf Persuasi
Paragraf Persuasi adalah paragraf yang
berisi imbauan atau ajakan kepada pembaca tentang sesuatu dengan disertai
penjelasan dan fakta-fakta sehingga pembaca terpengaruh.

![]() |

A. Metode Diskutsif
Metode ini disebut juga dengan metode lamgsung
yaitu pengarang langsung menceritakan kepada pembaca tentang karakter tokohnya.
Contoh:
Meskipun telah mempunyai tiga orang anak, Marni tetap lebih
cantik dari istri Parta yang diceraikannya. Setiap orang Pegaten takkan
membantah, apalagi Karman. Juga semua orang yakin kecantikan Marnilah
satu-satunya alasan mengapa Parta tega melepas istri pertamanya.
Bahwa Marni sudah beranak tiga dan paling cantik
di desa Pegaten, semua itu secara langsung telah dikemukakan oleh pengarang.
B. Metode Dramatis
Disebut metode dramatis karena tokoh-tokoh
dinyatakan seperti dalam drama. Pengarang membiarkan tokoh-tokohnya untuk
menyatakan diri mereka sendiri melalui karta-kata, tindakan-tindakan, ataupun
perbuatan mereka sendiri. Metode ini disebut juga dengan metode tak langsung.
Teknik-teknik metode tak langsung atau dramatis:
1. Pemberian nama pada tokoh
2. Percakapan tokoh
3. Penggambaran pikiran tokoh atau apa yan g
terlintas dalam pikiran tokoh
4. Pelukisan perasaan tokoh
5. Perbuatan tokoh
6. Sikap tokoh
7. Pandangan tokoh-tokoh terhadap tokoh
tertentu
8. pelukisan fisik
9. Pelukisan latar
1. Pemberian nama pada tokoh
Nama Sri Sumarah dalam Sri Sumarah karya
Umar Kayam , tokoh ini benar-benar mempunyai watak pasrah dan penuh sikap
berserah diri. Nama Pariyem dalam Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi, orang
desa.Nama tokoh dalam karya prosa mencerminkan watak dan sifatnya.
2. Percakapan tokoh
Rudi menata kursi bagi ayahnya. Mereka hanya
berdua saja karena Bu Guno langsung ke dalam mengambil teh.
“Jadi kau tinggal bersama bibimu di sini?”
“Ya, ayah”
“Sekolahmu?”
“Di STM, kelas tiga,empat bulan lagi ujian”
“Syukurlah. Dan adik-adikmu?”
“Tini tinggal
bersama ibi.Dia hanya menamatkan SMP”
“Dan Tono meninggal?”
“Benar ayah,Sudah satu tahun.Saya dilarang memberi
kabar pada ayah.Hanya akan menambah beban pikiran ayah saja, begiru kata itu”
“Oh ya tak mengapa.Seorang seperti ayah ini,
terlalu sering mengalami hal yang menyedihkan.Lupakanitu.Tetapi di mana
pamanmu?Tampaknya sepi saja!”
Percakapan di atas membersitkan hubungan
yang akrab antara ayah dan anak, dan sekaligis menunjukkan sifat kebapakan
tokoh Karman yang menaruh perhatian pada keluarga yang selama itu ditinggal.Dan
Karman adalah tokoh yang tabah dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan.
3. Pikiran Tokoh
Tidak terpisah dari teknik percakapan
antartokoh karena pikiran tokoh akan tertuang dalam percakapannya.
Contoh
“Sekarang nasib kita sama persis, kata
Birin.Kita sama-sama mempunyai tiga orang anak.Bedanya istriku hanya tahan 4
bulan dalam kesepian.Jadi istrimu lebih lumayan setiannya.”
“Yah, memang kita senasib.Meski istriku tidak
meminta cerai, tetapi kukira sama saja.Selagi aku di rumah ia suka membuka
pintu bagi laki-laki lain.Apalagi sekarang!”kata Pak Asep dengan getir.
“Tetapi setidaknya aku mengerti mengapa Karman
begitu menderita. Pak Asep, pernakah engkau melihat foto istri Karman?”
“Pernah!Memang dapat kumengerti orang-orang
sekampungnya tak akan tahan melihat istri Karman tidur sendiri setiap malam. Ia
terlalu menarik.Oh,Karman, sekarang kau percaya; beruntunglah laki-laki yang
beristri buntung”
Birin dan Pak Asep terbahak.Namun hanya
sebentar,karena Sitepu mendekat.Wajahnya tampak bersungguh-sungguh.Ucapannya
pelan tetapi tandas
“Hei cecurut-cecurut! Kalian lupa,partai menuntut
segalanya. Partai
menuntut segala apa yang ada pada kita”
”Lalu apa artinya seorang istri yang tidak setia!Apa!”
Karman tersinggung.Bangkit menuju biliknya di
ujung barak.Rasa tidak hotmatnya atas norma partai bertambah satu lagi.
Yang tertuang dalam cakapan di atas adalah
pikiran-pikiran tokoh terhadap kesetian perempuan atau istri.Pikiran-pikiran
Birin, Pak Asep dan Sitepu tentang perempuan itu menunjukkan sikap mereka yang
kurang simpati kepada perempuan karena tuntutan partai atau keadaan lainnya.
4. Perasaan Tokoh
Contoh :
Tini
menunggu jawaban ibunya.Tapi Marni
bahkan tertunduk.Rasa getir menyapu hati perasaan perempuan itu.Tini kau sudah
besar.Kita sama-sama mempunyai hati perempuan.Tentu kau dapat menduga apa yang
sedang kurasakan sekarang.Aku takut
kepada ayahmu.Di mata ayahmy aku seorang perempuan tidak bermartabat.
Aku...
“ salah ibu sendiri mengapa
ibu kawin lagi.Coba kalau tidak, aku takkan pernah disebut orang anak tiri.”
“ Ya anakku!Dan segala sudah
terjadi.”
“ Ibu menyesal!”
“Andai penyesalan itu ada gunanya”
“Ibu masih mencintai ayah?”
Marni tidak
menjawab.Jantungnya berdebar kencang.
“Kau mencintau Jabir?”
Kedua ibu anak itu
bergembira.Mendadak Tini merasa lebih dewasa.Pengertian tentang perasaan ibunya
makin mendalam.Kasian ibuku, pikir Tini.
Kutipan di atas melukiskan bagaimana
perasaan ibu anak yang sama-sama wanita.Perasaan sesal dan takut.Marni
menggambarkan wataknya yang sesungguhnya, jujur. Demikian pula Tini si anak
yang begitu kasihan kepada kondisi batin ibunya, yang sedikit menyesali
kejadian yang menimpa ibunya,
menunjukkan watak Tini sebagai wanita yang tahu diri dan berbakti kepada orang
tua.
5. Perbuatan Tokoh
Tindakan, perilaku, dan perbuatan tokoh
dapat membawa kita kepada pemahaman tentang watak dan sifatnya.
Contoh :
Di rumah orang tuanya Karma sedang
dikerumuni tamu-tamu,tetangga yang sudah lama ditinggalkannya. Ia merasa heran
dan terharu, ternyata orang-orang
Pegaten tetap pada watak mereka yang asli.Ramah, bersaudara dan gampang
melupakan kesalahan orang.Padahal yang paling dikhawatirkan Karman adalah sikap membenci yang mungkin
diterimanya apabila ia kembali ke Pegaten.Haji Bakir datang berdua dengan
istrinya meskipun ia harus dibantu dengan tongkat yang menopang yang menopang
tubuhnya yang sudah bungkuk....
Begitu haji Bakir masuk rumah,Karman berlari
menjemput dan menjatuhkan diri.Dengan berdiri pada kedua lutunya, Karman
memeluk orang tua itu pada pinggangnya.Ia menangis seperti nak kecil ditinggal
ibunya ke pasar. Haji Bakir tidak bisa berbuat apa-apa kecuali mengucap
hamdallah berulang kali.
Sikap yang dilihatkan Karman saat
menjemput haji Bakir adalah bahwa ia punya kesalahn yang sangat besar.perbuatan
itu menunjukkan wataknya yang mau mengakui kesalahannya sendiri,instropeksi dan
terbuka. Sementara perbuatan haki bakit menunjukkan perbuatan orang yang
beriman.s


Batasan :
Kata Sambung/Konjungsi adalah kata yang menghubungkan kata dengan kata lain,
menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat yang lain, atau
menghubungkan kalimat dengan kalimat yang lain.
Konjungtor atau kata sambung adalah kata tugas
yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa
dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Contoh:
Farida sedang membaca dan adiknya sedang bermain
catur.
Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai.

Kata sambung mempunyai bermacam-macam sifat atau
cara dalam menghubungkan kata dengan kata, bagian kalimat dengan bagian
kalimat, kalimat dengan kalimat. sifat-sifat atau cara menghubungkannya dapat
berlangsung dengan berbagai bentuk sebagai berikut:
a. Menyatakan Gabungan
contoh: dan, serta, lagi, lagi pula, pula.
b. Menyatakan pertentangan
contoh: tetapi, akan tetapi, melainkan.
c. Menyatakan waktu
contoh: ketika, bila, bilamana, sambil,
sebelum, sedang, demi, Sejak, selama, semenjak, seraya, sementara, sesudah,
tatúala, waktu, saat, sebelum.
d. Menayatakan tujuan
contoh: supaya, agar
e. Menyatakan sebab
contoh: sebab, karena, sebab itu, karena
itu, karenanya
f. Menyatakan akibat
contoh: sampai, sehingga
g. Menyatakan Syarat
contoh: jira, asal, andai, andaikata,
andaikan, asaltan, jikalau, sekiranya
h. Menyatakan pilihan
contoh: atau, maupun, entah
i.
Menyatakan
bandingan
contoh: bagaikan, bagai, seperti,
seakan-akan
j.
Menyatakan
tingkat
contoh: semakin, kian, bertambah
k. Menyatakan perlawanan
contoh: meskipun, biarpun
l.
sebagai
pengantar kalimat
contoh: maka, adapun, akan, bahwasanya,
syahdan, hatta, arkian, selanjutnya, lalu, sesudah itu
m. Menyatakan penjelas
contoh: umpama, yaitu, yakni
n. Menyatakan sebagai penetap sesuatu
contoh: bahwa
Dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam
kalimat, konjungtor dibagi menjadi empat kelompok:
- Konjungtor Koordinatif
- Konjungtor Korelatif
- Konjungtor Subordinatif
- Konjungir Antar Kalimat
- Konjungtor Koordinatif
Konjungtor Koordinatif adalah konjungtor
yang menghubungkan du unsur atau lebih yang sama pentingnya atau memiliki
status yang sama.
Contoh :
Dan
penanda hubungan
penambahan
Serta penanda hubungan pendampingan
Atau penanda hubungan pemilihan
Tetapi penanda hubungan perlawanan
Melainkan penanda hubungan perlawanan
Padahal penanda hubungan pertentangan
Sedangkan penanda hubungan pertentangan
Konjungtor koordinatif dapat menghubungkan
klausa, juga dapat menghubungkan kata.
Contoh :
Dia mencari saya dan adik saya
Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?
Sebenarnya anak itu pandai, tetapi malas
Dia pura-pura tidak tahu, padahal tahunya banyak
Ibu sedang memasak, sedangkan Ayah membaca koran
Konjungtor dan atau, kadang-kadang dipakai kedua-duanya secara bersamaan.
dalam hal ini cara penulisannya adalah dengan memakai garis miring diantara
kedua konjungtor tersebut ( dan/atau ).
Contoh :
Para dekan dan/atau pembantu dekan diminta
hadir
Kami mengundang ketua dan/atau sekretaris.
- Konjungtor Korelatif (bersifat mempunyai hubungan timbal balik)
Konjungtor Korelatif dalah konjungtor yang
menghubungkan dua kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang
sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua
bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang
dihubungkan.
Contoh :
baik... maupun…
sedemikian rupa… sehingga...
tidak hanya... tetapi
juga...
apa (kah)... atau...
bukan hanya... melainkan
juga...
entah... entah...
demikian... sehingga...
jangankan..., ... pun...
contoh :
Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka
merokok.
Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga
harus patuh
Mobil itu larinya demikian cepatnya
sehingga sangat sukar untuk dipotret
Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa
sehingga hasilnya benar-benar baik
Baik Anda, istri Anda maupun mertua Anda
akan menerima cindera mata
Apa(kah) Anda setuju atau tidak, kami akan
jalan terus
Entah disetujui entah tidak, dia tetap
akan mengusulkan gagasannya
Jangankan orang lain, orang tuanya sendiri
pun tidak dihormati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar